Home | Parwo-01 | Parwo-02 | Parwo-03 | Parwo-04 | Parwo-05 | Parwo-06 | Parwo-07 | Parwo-08 | Parwo-09 | Parwo-10 | Parwo-11 | Parwo-12 | Parwo-13 |

16.11.00

X. Parwo Anoman Obong

Episode 52
Sop Ekol Kela

Tiba2 hati Sinto menjadi berdebar keras dirundung rasa haru. Kembali Sinto dihimpit rasa bersalah telah meninggalkan suaminya. Selama beberapa tahun ini ia dalam kebahagiaan dan nyaris melupakan mantan suaminya. Namun, jika ia sedang mengalami depresi, terkadang rasa bersalah menghantuinya. Hatinya serasa tertusuk duri ketika ingat betapa ia mengusir Lesmono. Pertemuannya dengan wanoro seto bernama Kudama mengguncang jiwanya.
“ Duh, bagaimana keadaan kangmas Romo ? “
“ Beliau dalam keadaan sehat wal afiat tidak kurang satu apa ... “
“ Dimana beliau ? “
“ Sekarang gusti Romo berada dinegara Poncowati sebagai Senopati “
“ Ah, syukurlah ... “ Sinto tidak dapat menahan harunya. Iapun menangis ter-sedu2. Kedua telapak tangannya ditutupkannya kemukanya. Ia teringat rimba Dandoko dan wajahnya yang ayu menjadi sayu.
“ ... duh kangmas Romowijoyo, duh dhimas Lesmono, ... maafkan aku ... ... uhuk ... uhuk ... huuuu . “ Luka lama itu kembali menggores hatinya. “ mengapa akbu bisa kebangeten begitu ... uhuk ... uhuk ... huuuu . “ Anoman Cuma bisa kethap kethip terbawa suasana. Keadaan menjadi hening, hanya terdengar desah Sinto menangis.

Tiba2 keheningan pecah oleh suara Anoman yang mengaduh “ wuaduh ! “ Anoman kaget, tiba2 ekornya serasa sakit digigit raksasa kecil. Terkejut, Sinto lantas memukuli pantat anak kecil itu
“ Wah, bocah mbeliiiiing ... hèh ! “
Beberapa kali pantat anaknya dipukulinya.
“ Abis, ekolnya belgelak gelak kopat kapit, sih. Gua gigit. Ekolnya kelas, mah ... “ Raksasa kecil itu mau mencoba menggigit ekor Anoman lagi.
“ Mbok embaaaaaan .... ! Ini Gusti Rahmuko diajak main2 sanaaaaaa ... ! Sinto ber-teriak2 memanggil pelayan2nya. Rahmuko me-ronta2 tidak mau dibawa embok emban
“ Enggak mauuuuuuu ... Mau main2 dengan ekol kela .... hoa ... hoa ... hoa ... “ Tangan embok emban digigitnya sehingga ia bisa lepas. Tetapi ia malahan lari masuk kedalam gedung Keputren. Semua yang ada disitu lega, anak nakal iru sudah tak lagi disitu. Tetapi, sebentar kemudian raksasa mbeling itu kembali lagi. Kali nini sambil me-ngacung2kan parang.
“ Mah, mo bikin sop ekol kela, mah .... “

Sinto tidak bisa menahan ketawa melihat polah anaknya yang lucu. Ditangkapnya anaknya dan diciumnya anak itu dengan sepenuh hati. Mendung yang semula menggayut diwajahnya tersaput oleh kelucuan anaknya. Sinto mencoba mengalihkan perhatian anaknya. Disuruhnya anaknya menyanyi dan perhatian Rahmuko teralihkan. Sesudah anaknya tenang Sinto melanjutkan pembicaraan dengan Anoman.
“ Kuterima kunjunganmu, Kudama. Akan tetapi kamu terpaksa kusuruh pergi karena Taman Asoka adalah tempat terlarang bagi siapapun. Tolong sampaikan salamku kepada kangmas Romo dan dhimas Lesmono. Sampaikan juga sembah pangabektiku serta mohon maaf atas peristiwa2 yang telah beerlalu. Ini anakku, namanya Radèn Rahmuko putra Prabu Rahwonorojo. Untuk sementara waktu ini kita belum bisa bertemu karena saatnya kurang tepat. Kapan2 kalau aku pas di Manthili aku mau sungkem kangmas Romowijoyo. Ini cincin kawin tolong kembalikan kepada kangmas Romo, Kudama. “
“ Nanti, dulu gusti Dewi. Kalau tidak salah gusti dewi diculik. Apakah prabu Rahwono telah menyelamatkan gusti Dewi ? “
“ Diculik ? Tidak, aku tidak diculik tetapi aku kesini memang kemauanku sendiri untuk membina keluarga bahagia dengan kanjeng Prabu Rahwono. Bukankah aku telah meninggalkan surat dalam daun lontar dirimba Dandoko ? “
Belum selesai mereka berbincang bincang, Dityo Kolo Rahmuko yang semula memandangi ekor Anoman tiba2 melepaskan diri dan lari kedalam sambil ber-teriak2 mencari bapaknya.
“ Be, babe .... ada kela, beh .... Bikin Sop ekol kela, be ... ! “
“ Kudama, kamu cepatlah pergi sebelum ditangkap hansip “ Sinto ter-birit2 mengejar anaknya “ mbok embaaaaaaan .... “
Sebenarnya Anoman blm selesai tetapi karena ditinggal pergi terpaksa keluar meninggalkan gedung Keputren dan duduk2 di dekat tembok Taman Asoka. Tanpa disadarinya ada sepasang mata melotot memperhatikannya dengan geram. Dityo Kolo Pratolomaryam !
Ketika sedang merenung tiba2 sebuah gada memukul kepala Anoman. Desss ...




Episode 53
Now or Never

Wibisono sedang diruang pustaka mempelajari beberapa dolumen. Dari ruang itu semua suara dari paseban dapat terdengar jelas. Dipaseban Rahwono sedang ditemui oom Prahasto dan anak sulungnya Radèn Indrajid Megonondo. Oom Prahasto seperti biasanya berkalung kain karena sedang sakit masuk angin. Indrajid bicara
“ Saya ada laporan dari telik sandi Dityo Kolo Jengking dan Kolo Menjing bahwa bahwa ada Kera misterius yang mengaku bernama Kapi Imam Samudra. “
“ Misterius ? “ Oom Prahasto malas2an menanggapi
“ Betul, beberapa kali para teliksandi melihat Imam Samudra bertemu dengan oom Wibisono “
“ Bicara soal apa ? “
“ Kurang jelas sebab kera itu belum tertangkap. Kebetulan ia tersangkut perkara mencemarkan nama baik tante Sayemprobo. Anaknya, Kolo Pratolomaryam adalah staff saya “
“ Mencemarkan nama baik apa ? “
“ Membuntingi tante Sayem. Saya curiga oom Wibi sedang melakukan perbuatan yang kurang baik “
“ Heh, kurang baik apa ? “
“ Ini hanya dugaan kami, kok sepertinya ada yang sedang digagas dengan diam2 “
“ Lumrah, to. Barangkali lagi mikir PLN mota mati, banjir, dll “
“ Tidak baik apa ? “ Rahwono mengusut ucapan Indrajid.
“ Tidak berani bicara, kanjeng romo “
“ Bicaralah, kudengarkan. “ Rahwono mendotongkan tubuhnya menyimak.
“ Mohon ampun jika saya salah tetapi saya curiga sepertinya oom Wibi punya ambisi menjadi raja di Alengko “
“ Ah, ... “ Prahasto menggelengkan kepalanya
“ Ah ... “ Rahwono ikut2an. “ oommu itu adalah orang yang suka belajar. Tidak mungkin punya cita2 seperti itu. Dulu pernah kuberikan satu negara jajahan supaya jadi Ratu Anom. Ia tidak mau. Paling2 kamu yang paranoid atau termakan provokasi jendral2 yang tidak suka sama oom-mu “
“ Saya belum bisa membuktikan kanjeng romo, say ... “
“ Tidak perlu kuatir. Yang bakal jumeneng raja tak lain adalah putra sulungku kinasih, Radèn Indrajid Megonondo. Keputusan ini tidak bisa diganggu gugat. Dewapun tak gebugi jika mau campur tangan “ Rahwono berkata ber-api2. “ Siapa yang berani menentang kehendakku akan berhadapan dengan Maharaja Rahwonorojo. Tak jebol ususnya, tak sesep2 sungsumnya, tak kremus kepalanya .... hhrrrrrrrr .... “ Rahwono menggeram. Tiba2 ia bangkit dari duduknya dan raja urakan ini menggebrak meja sampai hancur berkeping. Ia me-mukul2 dadanya, matanya melotot dan raut mukanya merah membara. Ia bukan lagi Rahwono Kolpo, ia raja penyamun megalomania yang dulu.

Didalam perpustakaan dada Wibisono bak dihantam palu godam. Wajahnya pias pucat pasi. Nyalinya tiba2 lenyap tak berbekas. Sebenarnya Wibisono masih dirundung keraguan. Sebenarnya ia sudah condong menolak usulan Anoman karena ia tidak bisa membayangkan bagaimana kerabatnya berguguran. Selain itu, pembagian harta dirasanya tidak adil. Kalaupun ia jadi raja, ia raja kere. Ketika Indrajid menyatakan kecurigaannya Wibisono merasa terjepit. Keadaannya gawat sehingga ia terpaksa mempertimbangkan kembali tawaran Anoman. Namun ketika dilihatnya kakaknya ngamuk2, ia kehilangan nyali. Semula ia berpikir, jika kakaknya bisa ditawan Arjunososrobahu, ada kemungkinan Romopun bisa melakukannya karena ia menyimpan rahasia2 kelemahan kakaknya. Tetapi kini ia kembali dirundung keraguan. Bisakah Romo melakukan ? Siapa Romo ? Tidak jelas, ia hanya mendengar dari Anoman bahwa ia hebat. Seberapa hebat ? Demikianlah Wibisono terombang ambing dalam keadaan yang sangat serba salah. Keringat dingin menitik dari dahinya.

Betapapun, Wibisono adalah trah begawan Wisrowo yang kesuwur. setelah beberapa saat ia berhasil mengendalikan diri. Mukanya yang pucat pasi kembali menunjukkan cahayanya. Pelan2 diambilnya tissue dan dihapusnya keringat dingin dimukanya. Peluang sering mengetuk pintu tanpa kulonuwun. Opportunity tidak pernah datang dua kali. Wibisono berpikir keras – now or never. Sekarang atau tidak pernah lagi.
Tiba2 dari kejauhan terdengar suara ribut. Embok2 emban sedang me-ngejar2 raksasa kecil yang men-jerit2 sambil me-ngacung2kan parang mencari bapaknya
“ Be ... babe ... bikin sop ekol kela, be ... “



Episode 54
Penangkapan Imam Samudra

Melihat ada opa Prahasto, ia membelok mendekati “ Opa, opa Plahasto, ada kela, pah ... ada kela ... “
“ Mana ada wanoro ? “
“ Bukan wanolo. Ada kela ! Opah ini bigimané, sih. Kela putih bukan wanolo ... ekolnya bel-gelak2 kopat kapit. Gue gigit, pah. ekolnya kelas ! “ ia lantas melihat ayahnya “ be, pakai ini be ... bikin sop ekol kela ! “

Dari kejauhan tiba2 datang prajurit dengan ter-gopoh2.
“ Ketiwasan gusti, ada kera mengamuk “ Dengan ter-engah2 ia melapor ‘ Itu kera yang membuntingi tante Sayemprobo, ibunda Dityo Kolo Pratolomaryam. Kera itu mengamuk di Taman Asoka. Tampaknya Pratolomaryam akan kalah“
“ Kera ? Imam Samudra ? “ Bagaikan terbang Indrajid meloncat ke Taman Asoka.
Didalam perpustakaan Wibisono terkesiap. Anoman tertangkap, habis sudah nasibnya. Dengan bergegas ia keluar mau menemuai mantan ajudannya, Kolo Wasamatra. Sepertinya, Wibisono menjadi tidak punya pilihan. Tetapi, dengan tertangkapnya Anoman, rencana menjadi kacau balau. Wibisono me-ngumpat2 karena Anoman glanyongan dengan tante Sayemprobo. Jadi kacau !
Ditaman Asoka, Anoman terkejut digada Pratolomaryam. Ia mengenali anak tante Sayemprobo dari foto2 dirumah kost. Pratolomaryam mendesak Anoman untuk mengawini ibunya tetapi Anoman menolak sehingga terjadi pertengkaran hebat dan akirnya mereka bertarung.
Sambil ber-teriak2 Pratolomaryam memanggil para prajurit. Dikeroyok begitu banyak prajurit Anoman mengamuk. Taman Asoka menjadi porak poranda. Tiba2 Anoman menyadari, mudah baginya mengalahkan Pratolomaryam tetapi misi utamanya bisa gagal. Jika ia melarikan diri, ini malah membahayakan Wasamatra dan staff2nya. Lebih baik ia membatasi masalah ini menjadi masalah susila.
Sebelum itu ia sudah menyiapkan laporan intelejen dan diberikan pada Wasamatra. Ia berpesan, jika ia tertangkap, Wasamatra harus segera kembali ke Poncowati dengan membawa dokumen2 intelejen dan bukti2 yang lain dimusnahkan.

Ditempat lain Wibisono berhasil mengontak Wasamatra.
“ Sebenarnya aku belum sepakat dalam perundingan2 dengan Anoman tetapi keadaan sudah mendesak. Anoman tertangkap. Sekarang begini saja, permintaan Poncowati yang pertama akan kupenuhi. Kuberikan dana dengan syarat jika aku memutuskan untuk tidak bergabung, dana tersebut tidak boleh dipakai untuk invasi ke Alengko tetapi silahkan pakai untuk invasi ke Ayudyo. Kalau seandainya aku bergabung, aku mau berunding lagi dengan lebih rinci. Bagaimana pendapatmu. “
“ Saya sudah baca laporan intelejen. Kesimpulannya, Poncowati tidak bisa melakukan invasi tanpa bantuan Radèn Wibisono. Jadi gusti tidak perlu ragu2 untuk memberikan dana itu. Ini sudah iktikad baik yang mudah2an bisa melancarkan hal2 lain yang masih mengganjal. Bagaimana rencana selanjutnya ? “
“ Ini kunci Gedung bulog. Aturlah supaya terjadi teror disekitar gedung sehingga penjagaan disana jadi lemah. Bunuh semua penjaga gedung supaya tidak meninggalkan jejak. Kemudian ambillah harta yang ada disana sebanyak yang dibutuhkan.
“ Sendiko Gusti. Kapan hari-h ? “
“ Tunggu aba2ku. Sementara itu cari dan bunuh dua agen telik sandi yang akan memneri kesaksian pertemuanku dengan Anoman “
“ Siapa namanya ? “
“ Dityo Kolo Menjing & Kolo Jengking. “
“ Oh, itu. Saya tahu mereka. “
“ ya, laksanakan segera ! “ Wibisono mewnghardik
“ Sendiko, ma-gito2 lumaksono “

Di Taman Asoka Indrajid membentak Anoman.
“ Hey, kamu Imam Samudra yang membuntingi tante Sayemprobo, bukan ? “
“ Bukan saya, mbok rondho itu kelonan dengan banyak orang. “ Anoman mencoba mengalihkan perhatian mereka pada kasus susila : “ Jika ada bukti DNA, kita bisa bicarakan baik2 “
“ Sebenarnya siapa kamu ? “
“ Aku mahasiswa pasca sarjana “
“ Mahasiswa ? Potonganmu bukan potongan mahasiswa. Posturnmu prajurit. Kamu pasti melakukan kegiatan terorisme. Ayo ngaku ! “
“ Bukan, saya mahasiswa “ Anoman berusaha menyelamatkan Wasamitra.
“ Kau kutangkap, jangan melawan “
“ Baik “ Anoman memberikan kedua belah tangannya untuk diborgol. Anoman kemudian digelandang ke paseban.




Episode 55
Interogasi

Dipaseban Anoman diinterogasi. Rahwono dan Prahasto hanya butuh sekian detik untuk mengenali bahwa tawanan itu bukan sembarangan. Itu gladiator tangguh. Indrajid memaksa Anoman duduk tetapi Anoman bersikeras untuk berdiri. Rahwono tersinggung dengan sikap Anoman yang menantang. Segera ia bangkit dari singgasana dan plok, Anoman ditamparnya. Ke-dua2nya kaget, Rahwono kaget bahwa pipi Anoman lebih keras dari dugaannya dan Anoman merasa ditampar palu godam.
“ Sik, sik, sik, nak Prabu ... biar kita interogasi dulu siapa bedhès ini ? Ia datang dari Taman Asoka, coba tanya Sinto barangkali dia rahu ada apa ? “ Prahasto menahan Rahwono. Dengan ber-sungut2 Rahwono jengkar menuju ke Taman Asoka. Prahasto dan pembesar2 Alengko kemudian menginterogasi Anoman yang mengaku bernama Imam Samudra melakukan gerak tutup mulut. Ia bungkam seribu bahasa demi melindungi orang2nya. Ia hanya menjawab jika pertanyaannya seputar skandalnya dengan tante Sayemprobo. Dari kejauhan Wibisono datang dan Indrajid langsung mencegatnya
“ Sebentar oom, saya ada laporan intelejen bahwa oom berhubungan dengan orang ini yang mengaku bernama Imam Samudra. Apakah betul begitu ? “
“ Siapa itu ? “ Wibisono adalah diplomat ulung. Ia pandai plintat plintut memlintir kejadian “ Katanya ia bikin onar di Taman Asoka ? “
“ Tidak perlu mukir, oom. Silahkan ngaku saja “ Indrajid menekan oomnya. “ Saya punya saksi “
“ Indrajid, jaga tingkahmu. Ingat siapa aku – oommu ! “ Wibisono berusaha menggertak Indrajid walau dalam hati ia kawatir, Wasamitra mampu tidak melaksanakan tugasnya ? Wibisono berjibakutai “ Yang bilang itu siapa ? Sini bawa orangmu kesini, konfrontasikan dengan aku ! “ Wibisono coba mendebat “ kapan, dimana aku bertemu ? Barangkali saksimu picek ! “
“ Baik oom “ Indrajid menjadi panas ditantang oomnya. Ia lantas berteriak “ Hey, kamu prajurit, panggil Kolo Jengking dan Kolo Menjing. Cepatttt ! “
Belum sempat prajurit beranjak, ada yang berkata
“ Kolo Menjing & Kolo Jengking sudah meninggal. Mereka diketemukan di motel dengan luka misterius. Mungkin sudah dibunuh kethèk oglèng itu “
Indrajid tidak bisa berkutik karena tidak bisa membuktikan tuduhannya. Wibisono lega, Wasamitra memang cekatan dan bisa diandalkan. Dengan gesit Wibisono menggunakan momentum ini. “ Jangan sembarangan menuduh seenak perutmu sendiri. Jika orang lain kamu akan kuseret kepengadilan karena mencemarkan nama baik. Mungkin saja yang dilihat saksimu orang lain. Bagaimana aku bisa menunjukkan alibi kalau saksimu sudah mati ? “
Indrajid menjadi blingsatan tersudut. Indrajid gegabah, bagaimana mungkin anak semuda dia main diplomasi dengan Wibisono yang kawakan. Prahasto adalah negarawan senior yang bijak bestari. Ia tahu ada yang tak beres dengan Wibisono. Tetapi Prahasto sudah direcoki penyakit tua. Ia sudah pusing dengan semua intrik2 kraton. Ia ingin menjauh dari kehidupan duniawi. Ia kesini bukan mau ngurusi negara tetapi sekadar menengok keponakannya.
Ketika semua sedang bertengkar, tiba2 paseban bagaikan diterjang gempa bumi. Prabu Rahwono dengan langkahnya yang meng-hentak2 bumi – jlug ... jlug ... jlug ... langsung mendatangi Anoman. Ketika sudah dekat, tiba2 raja ngoboi ini membenturkan kepalanya kekepala Anoman – blug ! Jika bukan Anoman, kepalanya pasti ambyar. Anoman terpental dan membentur tembok sampai ambrol. Anoman terjengkang dan sulit bangkit karena tangan dan kakinya dirantai. Kepalanya ber-kunang2. Rahwono berdiri sambil menginjakkan kakinya kedada Anoman yang lemas tak berdaya.
“ Hey Kudama ! “ Rahwono tahu nama Kudama dari Sinto. “ Kamu suruhan Romowijoyo dari Poncowati, hah ! Mau apa kau ! Ini prabu Rahwonorojo disini. Tidak perlu sembunyi2, apa maunya ! “ Prabu Dosomuko me-nepuk2 dadanya tanda menantang. “ Katakan pada bossmu, apa maunya. Mana orangnya. Suruh kesini kujadikan mangsa. .... hrrrrr ..... “ Rahwono beringas.



Episode 56
Anoman Obong

Kakinya diangkatnya tinggi2 hendak menggejros dada Anoman. Digejros, T-Rex, Anoman lebih banyak kemungkinan akan mati.
“ Sik, sik, sik, ... kita tanya dulu orang ini. Namanya siapa ? Tadi Imam Samudra kok sekarang Kudama ? “ Wibisono menahan kakaknya “ Ada apa “ Sebenarnya Wibisono berupaya menyelamatkan Anoman. Prahasto yang mengenal Wibisono sejak lahir tahu bahwa ada yang tak beres dengan keponakannya itu ttp penyakit tua merecokinya sehingga ia tak ambil pusing. Rahwonopun tak ambil pusing, baginya Anoman atau Romo hanyalah masalah kecil.
Rahwono urung menggejros dada Anoman tetapi tubuh Anoman kembali diberdirikannya. Kemudian sekali lagi kepalanya dibenturkan ke kepala Anoman. Dhessssssss .... darah mengalir dari telinga Anoman. Kali ini Anoman tidak tahan. Ia pingsan. Melihat Anoman pingsan, Rahwono puas.
“ Dibakar saja, kakang prabu “ Wibisono berupaya menjauhkan Anoman dari petaka. “ Supaya jadi munyuk trondol “ Wibisono yakin bahwa Anoman dapat dengan mudah mengatasi kebakaran dari pada menghadapi rahwono.
“ Oke, bakar munyuk itu “ kata Rahwono. Sambil ber-sungut2 Rahwono meninggalkan paseban dan berjalan ke Taman Asoka. Wibisono lega. Sejak itu Kudama dimasukkan ke penjara. Sebenarnya ini hanya taktik Wibisono untuk mengulur waktu agar Anoman bisa pulih dan melarikan diri. Tetapi pengawasan terhadap Anoman sangat ketat sehingga sulit bagi Wibisono untuk menemuinya.
Didalam penjara Anoman menyesali petualangannya dengan Tante Sayemprobo. Semua rencananya jadi berantakan gara2 glanyongan dengan Tante. Pasti Wasamatra cs sekarang sulit bergerak. Semula ia sempat pusing karena jika pembicaraan dengan Wibisono gagal ia harus membunuh Wibisono. Tetapi ia malah diselamatkan Wibisono dari amukan Rahwono sehingga Anoman tidak akan bisa mengeksekusi pembunuhan kepada Wibisono karena ia berhutang budi kepadanya.

Suatu hari Wibisono berhasil menemui Anoman.
“ Dengar Anoman, waktu kita sangat pendek. Aku belum membuat keputusan untuk bergabung tetapi aku telah meninggalkan pesan2 penting ke Wasamatra untuk gustimu.
Sebentar lagi akan ada upacara pembakaran kamu. Sesudah kamu dibakar, buatlah huru hara dengan mengobarkan api. Wasamatra sudah memasang provokator2 agar menggerakkan masa untuk ikut2an menjarah toko2 sehingga timbul kekacauan.
Kapi Amrozi sdg menyiapkan bahan peledak untuk mengebom tempat2 dimana perwira2 Alengko biasa berkumpul. Ada Kapi Iqbal yang akan menggunakan bom bunuh diri di klub tayungan Pari dimana ada banyak sekali perwira2 Alengko.
Ketika terjadi kerusuhan, prajurit2 si gedung Bulog akan kukirim membantu mengatasi huru hara. Dengan pengawalan yang lemah, Wasamatra akan mudah menyerang dan merampok gedung Bulog. Buatlah huru hara sedemikian rupa sehingga Wasamitra cukup waktu untuk kabur. Jelas dan bisa dilaksanakan ?
“ Jelas sekali ¡ “ Anoman menjawab mantap. Dengan ter-birit2 Wibisono meninggalkan penjara. Betul, selang beberapa menit muncul Kolo Pratolomaryam. Untung, Wibisono sudah beranjak.
Pada hari yang telah ditentukan, Anoman dibakar. Sesuai dengan skenario, ia melepaskan diri dan membakari gedung2 di Alengko sehingga timbul kekacauan. Pada saat yang bersamaan, bom2 meledak ditempat mangkal para perwira Alengko. Di Sanggar tari tayuban Pari, Kapi Iqbal secara heroik meledakkan dirinya di sanggar itu sehingga menimbulkan korban yang tidak sedikit.
Provokator2 Wasamatra bekerja dengan efektif. Terjadi penjarahan2 di kompleks2 pertokoan. Prajurit2 yang seharusnya menjaga gedung Bulog terpaksa dikerahkan menertibkan situasi. Dengan mudah Wasamatra dan gerombolannya menjarah harta di gedung Bulog.
Tetapi tak ada yang sempurna didunia ini. Ada keteledoran kecil yang dibuat. Waktu Kapi Iqbal ke Klub Pari, ia mengendarai kuda yang dibelikan oleh Kapi Amrozi. Sesudah huruhara, Dityo Kolo Pratolomaryam mendapatkan barang bukti yang menyulitkan Wibisono. Bukti itu berupa paha bangkai kuda. Ada tulisannya … Kapi Amrozi.




Episode 57
Wibisonogate

Keadaan Alengko gempar dengan adanya kebakaran2, huru hara, ledakan bom, dan disusul dengan hilangnya sejumlah kekayaan negara. Bagi Alengko kehilangan itu tak seberapa ttp kecurigaan meruyak diantara pembesar2 Alengko. mereka mencurigai adanya Jamaah Poncowoyah yang menyusup ke Alengko. Lebih jauh lagi, merek amencurigai keterlibatan orang dalam siapa lagi kalau bukan Wibisono ?

Mereka melacak paha kuda yang bertuliskan Kapi Amrozi dan sampai pada kesimpulan bahwa Kapi Amrozi ada kaitannya dengan Kapi Kudama yang dibakar. Mereka menamakan gerombolan Anoman sebagai Jamaah Poncowiyah. Tetapi secara hukum mereka sulit menyeret Wibisono karena kurangnya bukti2. lagipula, Wibisono adalah diplomat kawakan yang pandai sekali memelintir-mlintir peristiwa.
Pengadilan terhadap Wibisono berjalan tersendat namun peristiwa itu juga membuat Wibisono makin gerah. Ia terjepit dalam konflik antara penghormatannya terhadap kerabat2nya dengan ambisi pribadinya. Adanya pengadilan2 membuat Wibisono bertambah doyong ke Poncowati dan ia mempersiapkan diri pada situasi terburuk.
Diplomat kawakan itu siap2 menyeberang jika keadaan memburuk. Ia mempersiapkan segala sesuatunya dengan cermat berdasarkan skenarion terburuk. Ia menempatkan2 orang kepercayaannya.
Pada waktu itu para senior tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Rahwono selain asyik dengan bini muda dan anak kesayangannya, juga banyak melakukan ritual2 keagamaan. Oom Prahasto yang sakit2an sudah malas mengurus negara. Kumbokarno, seperti biasa, kerjanya ngorok. Sarpokenoko juga berasyik masuk dengan suami2nya. Mbah Somali yang praktis sudah pikun sama sekali tidak tahu apa yang terjadi. Kedua belah pihak yang bersengketa, Indrajid dengan partai Fasistnya dan Wibisono tidak verani membawa masalah ini ke senior2 Alengko.
Indrajid menjadi sangat frustasi karena tidak bisa menjatuhkan oomnya tetapi tidak berani mengambil jalan militer karena segan dengan para senior Alengko. Kehabisan akal, Indrajid menggelar pansus Wibisonogate. Ia bermaksud menggunakan kekuatan politik untuk menjatuhkan Wibisono. Celakanya, untuk bisa menjalankan Pansus mereka harus mendapat restu dari ‘dewan pembina’ yang didominasi senior. Keadaan ini membuat ketegangan dan friksi2 antara Indrajid dengan oomnya.
Sementara itu, singkat cerita, Anoman bersama rombongannya berhasil melarikan diri dengan membawa segepok harta rampokan dari Alengko. Hanya Kapi Iqbal yang gugur. Setelah istirahat beberapa lama Poncowati menggelar paseban untuk mendengarkan laporan Anoman.
“ Misi telah kami jalankan. Pertama, Radèn Wibisono masih dalam keraguan karena tidak bersedia kerabat2nya menjadi korban. Dan pembagian bagito tidak beliau terima. “
“ Bagaimana dengan situasi militer ? “
“ Misi kedua, penyidikan terhadap kekuatan Alengko telah kami lakukan dengan kesimpulan bahwa Alengko masih terlalu kuat bagi kita. Walaupun saat ini pemerintahan bukan militeristik, mudah sekali bagi mereka memobilisasi diri. Disana jago2 tua yang sebaya atau lebih tua dari rajanya praktis sudah pangsiun tetapi mereka adalah veteran2 siap tempur. Diluar itu, kekayaan Alengko memang besar sehingga mudah sekali mereka membangun angkatan perang dengan cepat. Perwira2 muda, seperti dityo Pratolomaryam, Wikataksini, Bukbis, si kembar Kumbo, dll juga tidak bisa dipandang enteng. Terutama Radèn Indrajid, yang saya dengar punya senjata biokimia bernama Kiai Nogoposo sangat berbahaya.
“ Lantas, apa yang kau peroleh “

“ Walaupun dalam keraguan Radèn Wibisono telah memberikan sebagian harta Alengko, bukan untuk menyerang Alengko tetapi sebagai bekal menyerang Ayudyo, Gusti. Wasamitra, atas nama saya yang dengan sendirinya juga atas nama Gusti menyanggupi untuk tidak menyerang Alengko. “
“ Mengingat keadaan tersebut diatas saya menangguhkan pembunuhan terhadap Radèn Wibisono karena hingga saat ini masih terbuka kemungkinan beliau bergabung “
“ Bagaimana pandangan militermu, kapi Senggono “
“ Berat Gusti. Peluang berhasil kecil “
“ Bagaimana pendapatmu kapi Jembawan ? “
“ Mengingat kekayaan Alengko, rasanya layak diserang tetapi mempertimbangkan pendapat Anoman, kunci masalah terletak pada Radèn Wibisono. Jadi solusinya ada pada beliau, bagaimana agar beliau mau bergabung. “
“ Jadi, bagaimana baiknya ? “
Lanjutken ke Parwo-XI

0 Comments:

Post a Comment

<< Home